Di era tahun 2000 an muncul nama satu nomor tari yang dikenal dengan nama tari Bajidor Kahot. Tarian ini dengan cepat menjadi satu trend mark apabila kita mementaskan tari Jaipongan yang berasal dari daerah Jawa Barat. Tari ini menggunakan properti kipas dan selendang. Tari bajidor Kahot adalah tarian kreasi baru yang diangkat dari kombinasi antara Ketuk Tilu dan Jaipongan.
Nama Bajidor Kahot mempunyai kemungkinan ada hubungannya dengan, Kliningan-Bajidoran merupakan sebuah bentuk pertunjukan rakyat yang diduga mulai muncul sekitar tahun 1950-an. Kemungkinan besar merupakan perkembangan dari ketuk tilu, sebab unsure yang paling esensi didalamnya masih tampak sajian kliningan-bajidoran, yaitu sinden sebagai transformasi dari ronggeng dan bajidor transformasi dari pamogoran.
Tari Cendrawasih
Kisah yang digambarkan di dalam Tari Cendrawasih menurut Babad Bali adalah kehidupan burung Cendrawasih di pegunungan Irian Jaya pada masa birahi.
Tari duet yang ditarikan oleh penari putri, kendatipun dasar pijakannya adalah gerak tari tradisi Bali, beberapa pose dan gerakannya dari tarian ini telah dikembangkan sesuai dengan interpretasi penata dalam menemukan bentuk - bentuk baru sesuai dengan tema tarian ini. Busana ditata sedemikian rupa agar dapat memperkuat dan memperjelas desain gerak yang diciptakan. Tarian ini di ciptakan oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem (yang juga sebagai penata busana dari pada tarian ini) dalam rangka mengikuti Festival Yayasan Walter Spies. penata tabuh pengiring adalah I Wayan Beratha dan I Nyoman Widha pada tahun 1988.
Tari Gending Sriwijaya
Tari
ini ditampilkan secara khusus untuk menyambut tamu-tamu agung seperti
kepala Negara,Duta Besar dan Tamu-tamu agung lainnya.Tari Gending
Sriwijaya Hampir sama dengan tari Tanggai,perbedaannya terletak pada
penggunaan tari jumlah penari dan perlengkapan busana yang dipakai.Penari Gending Sriwijaya berjumlah 13 orang
Tari Genjring
Tari ini merupakan penggabungan antara gerakan tari Bali-Sunda-Betawi. Tarian ini ditarikan dalam mengisi acara malam penutupan FEUI CUP 2011.
Tari Jejer Gadrung
Tari jejer gandrung merupakan salah satu kebudayaan tradisional yang ada di daerah Kabupaten Banyuwangi.Jejer Gandrung itu sendiri berasal dari bahasa asing (bahasa asli banyuwangi) yang artinya “Jejer” adalah ditampilkan dan “Gandrung” adalah senang. Tari jejer gandrung berasal di daerah Kemiren yaitu didaerah kaki gunung Ijen. Tari ini dimainkan oleh beberapa remaja putri dengan serasi, elok dan menawan.Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan.
Tari Lenggang Nyai
Asal mula tari lenggang ini berasal dari kisah nyai dasimah,Nyai Dasimah adalah gadis cantik asal Betawi yang berada dalam kebingunannya memilih dua pilihan pasangan hidup, seorang Belanda dan Seorang Indonesia. Ia kemudian menjadi istri seorang Belanda, Edward William. Merasa terkekang oleh aturan-aturan yang dibuat suaminya, Nyai Dasima menjadikan alasan tersebut untuk memberontak atas kesewenang-wenangan yang dilakukan terhadap dirinya. Perjuangan atas hak-hak perempuan itulah yang menginspirasi Wiwiek Widiastuti untuk mengenang
perjuangan Nyai Dasima dalam gerak tarian Lenggang Nyai.
Tari Legong
Legong merupakan sekelompok tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari gambuh. Kata Legong berasal dari kata "leg" yang artinya gerak tari yang luwes atau lentur dan "gong" yang artinya gamelan. "Legong" dengan demikian mengandung arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang dipakai mengiringi tari legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan.
Legong dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19 paruh kedua. Konon idenya diawali dari seorang pangeran dari Sukawati yang dalam keadaan sakit keras bermimpi melihat dua gadis menari dengan lemah gemulai diiringi oleh gamelan yang indah.
Tari Nandak Ganjen
Tari Nandak Ganjen adalah tari kreasi baru dengan referensi budaya Betawi. Tari ini diciptakan oleh Atin Kisam, salah satu putra Bapak Kisam Jiun, pimpinan kelompok topeng Betawi Ratna Timur di Jakarta Timur. Tari ini adalah bentuk ungkapan sukacita dan kebebasan oleh kaum muda. Tarian ini dibawakan oleh remaja putri Betawi yang beranjak dewasa.
Tari Pagelu
Tarian ini biasanya dibawakan oleh para remaja. Mereka menari diiringi irama tabuhan gendang yang dimainkan empat remaja putra. Para penari yang disebut dengan ma’toding ini mengenakan busana serta aksesori berbahan emas dan perak, seperti keris emas (sarapang bulawan), kandaure, sa’pi’ Ulu’, tali tarrung, dan lain-lain. Tarian Pa’Gellu melambangkan acara penyambutan terhadap para patriot atau pahlawan yang kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan.
Tari Piring
Tari Piring atau dalam bahasa Minangkabau disebut dengan Tari Piriang adalah salah satu seni tari tradisonal di Minangkabau yang berasal dari kota Solok, provinsi Sumatera Barat. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring sebagai media utama. Piring-piring tersebut kemudian diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa terlepas dari genggaman tangan
Tari Belibis
Tari ini mengisahkan Prabu Angling Dharma yang dikutuk istrinya menjadi seekor burung belibis. Dalam pengembaraannya, ia bertemu dengan sekawanan burung belibis, namun ia tidak diterima dalam kelompok itu karena bisa berbicara seperti manusia. Gerak tari ini menunjukkan penampilan yang menarik dan harmonis dengan gamelan yang mengiringinya. Ditambahkan pula, Tari Belibis dalam Babad Bali bahwa tari ini dibawakan oleh 7 orang penari wanita, tari belibis diciptakan pada tahun 1984 oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem sebagai koreografer dan I Nyoman Windha sebagai komposernya.
Tari Saman
Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo (Gayo Lues) yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan tari Saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman, seorang ulama yang berasal dari Gayo di Aceh Tenggara.
Tari Kandangan
Tari Kandagan yaitu tari putri yang karakternya gagah, tari ini berupa tari perkembangan dari tari Renggarini di taun 1960 oleh tokoh pembaharu tari Sunda, Raden Tjetje Somantri.
Tari Ngarojeng
Tari kreasi baru, diciptakan oleh Wiwiek Widiastuti. Berdasar sejarah, kata ngarojeng berasal dari kata "ngaronggeng ajeng". Tarian ini diadaptasi dari musik Ajeng, merupakan musik tetabuhan, sehingga biasanya digunakan untuk mengiringi upacara pengantin.
Tari Rantak
Tari rantak merupakan tarian yang berasal dari Sumatera Barat, gerakannya diambil dari gerakan silat keindahan dari tarian ini tidak hanya pada gerakannya saja melainkan hentakan kaki yang selaras dengan ketegasan gerak.
Tari Tifa
Tari Tifa selalu dipersembahkan untuk menyambut para tamu di Maluku Tenggara. Gerakan-gerakan yang ditampilkan penarinya sangat menarik.
Tari Topeng Blantek
Topeng Blantek hampir sama dengan Topeng Betawi terutama dari gaya
teater, bedanya Topeng Blantek dimainkan tanpa panggung dan hanya
menggunakan tanah lapang, dan tanpa layar untuk menggambarkan suasana.
Pada awalnya, menurut keterangan Marhasan, Blantek tidak menggunakan
alat musik, kecuali tetabuhan sederhana, namun seiring perkembangannya
Blantek menggunakan satu rebana biang, dua rebana anak, dan satu
perkusi. Musik Gambang Kromong pun juga digunakan.
Tari Wira Pertiwi
Tari Wira Pertiwi ini sama halnya dengan
tarian Retna Pramudya yang menggambarkan prajurit wanita yang sedang
berlatih perang. Dalam tarian ini gerakannya dinamis yang menggambarkan
prajurit wanita itu tegas, tangkas dan tangguh.
Tari Zapin
Tarian Zapin (Jawi:زافين) merupakan sejenis tarian rakyat Melayu tradisional. Tarian ini diilhamkan oleh peranakan Arab dan dikatakan berasal dari Yaman. Tarian zapin telah menular luas di kalangan penggemar seni tari di Nusantara iaitu di Semenjung Tanah Melayu, Borneo dan gugusan pulau yang sebanding yang mana bergiat aktif dari dulu hingga kini seperti di Malaysia, Brunei, Singapura dan Indonesia. Zapin telah mengalami pengubahsuaian dari segi bentuk dan ragamnya yang ternyata lebih tradisional sifatnya. Dengan itu tarian Zapin biasanya mempunyai pecahan tersendiri menurut tempat ia ditarikan.
Tari Rampak Gendang
Rampak Gendang merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Jawa Barat. "Rampak" berasal dari bahasa sunda yang bermakna serempak atau secara bersama-sama, jadi rampak gendang bisa diartikan sebagai suatu pertunjukkan gendang yang dimainkan secara bersama-sama. Oleh karena itu, pertunjukkan Rampak Gendang selalu dimainkan oleh dua orang atau lebih.
Tari Yapong
Tari Yapong merupakan suatu bentuk tarian dari Jakarta yang diciptakan untuk sebuah pertunjukan.[1] Tarian ini bukan jenis tarian pergaulan seperti tari daerah kebanyakan, misalnya tari Jaipong dari Jawa Barat. Namun dalam perkembangannya, tarian ini sering dijadikan sebagai tari pergaulan untuk mengisi sebuah acara sesuai dengan permintaan karena tarian ini penuh dengan variasi di dalamnya.
Tari Gambyong
Tari gambyong merupakan salah satu bentuk tari tradisional Jawa. Tari gambyong ini merupakan hasil perpaduan tari rakyat dengan tari keraton.
Tari Glipang
Tari Glipang adalah sebuah tari rakyat yang merupakan bagian dari pada kesenian tradisional Kabupaten Probolinggo. Tidak ada bedanya dengan tari Remo yaitu sebuah tari khas daerah Jawa Timur yang merupakan bagian dari kesenian Ludruk. Parmo Cucu adalah pencipta Tari Glipang
Tari Merak
Tari Merak merupakan salah satu ragam tarian kreasi baru yang mengekspresikan kehidupan binatang, yaitu burung merak. Tata cara dan geraknya diambil dari kehidupan merak yang diangkat ke pentas oleh Seniman Sunda Raden Tjetje Somantri.[1][2]